Sinjai.Wahdah.Or.Id -- Di sebuah dataran tinggi yang dikenal dengan nama Marra, Sinjai Borong 4–5 Oktober 2025, Negeri Berselimut Awan, dua puluh santriwati SMAS IT Wahdah Islamiyah Sinjai menapaki perjalanan yang lebih dari sekadar rihlah. Mereka tidak hanya berpindah tempat, tetapi juga berpindah rasa dari hiruk pikuk dunia menuju ketenangan hati yang bernaung di bawah langit Allah.
Di bawah naungan langit yang tak bertiang, para santriwati duduk beralas tanah lembut, menikmati hembusan angin dingin yang menyapa dengan lembut. Suara lantunan ayat suci Al-Qur’an menggema di antara kabut putih yang turun perlahan. Di tempat inilah, mereka belajar membaca ayat-ayat kauniyah: ayat-ayat kebesaran Allah yang terbentang di alam semesta.
“Rihlah ini bukan hanya tentang berjalan dan berkemah, tetapi tentang menumbuhkan iman dan mengenal Allah melalui keindahan ciptaan-Nya,” ujar Ustadzah Harlaeni, Koordinator Akhwat sekaligus narasumber kegiatan. “Kami ingin para santri memahami bahwa alam adalah madrasah tempat hati belajar bersyukur.”
Selama dua hari, para santriwati diajak berlatih kemandirian, kedisiplinan, dan tanggung jawab. Mereka menegakkan tenda bersama, melaksanakan shalat berjamaah, membersihkan area perkemahan, hingga menikmati kebersamaan di sela udara sejuk pegunungan. Setiap kegiatan sederhana menjadi pelajaran besar tentang ukhuwah dan keikhlasan.
Kepala Sekolah A. Irfandi. turut menyampaikan harapannya agar kegiatan seperti ini terus dilaksanakan secara berkelanjutan.
“Kami ingin santri kami menjadi generasi yang bukan hanya cerdas di kepala, tapi juga bersih hatinya. Alam mengajarkan banyak hal yang tak tertulis di buku: tentang kesabaran, kebersamaan, dan keimanan yang tumbuh dari kesederhanaan,” ujarnya dengan penuh makna.
Kegiatan Rihlah dan Camping ini juga mendapat sambutan positif dari para orang tua, yang menilai kegiatan seperti ini mampu menumbuhkan karakter dan kedekatan spiritual anak-anak mereka di tengah derasnya arus dunia digital.
Negeri Berselimut Awan benar-benar menjadi saksi keindahan perjalanan hati itu. Di ketinggian sekitar 1.400 mdpl, para santriwati belajar bahwa kesejukan alam sejatinya adalah cerminan kesejukan jiwa yang berserah. Awan yang turun perlahan menutup pandangan, seolah menjadi selimut lembut dari langit menyelimuti mereka dengan iman, syukur, dan ketenangan.
Mereka datang dengan semangat berpetualang, lalu pulang dengan hati yang lebih beriman karena di Negeri Berselimut Awan, mereka menemukan makna sejati dari perjalanan seorang santri.

Radio Wahdah